Yogyakarta-24 November 2013
Kisah seorang anak laki-laki bernama Arif Fitra
Setianto yang akrab disapa dengan panggilan Fitra.
Kala itu pagi-pagi sekali Fitra berangkat kesekolah
dengan membawa sebuah nampan berisi onde-onde yang dia masak dari subuh. Sambil
nari-nari india dia melangkahkan kakinya menuju sekolah. Anak yang masih
berusia 6 tahun kala itu. Dia hidup sebatang kara. Ibunya sudah meninggal saat
tengah melahirkannya sedangkan ayahnya meninggal saat Fitra dilahirkan kedunia.
Ironis memang.
Fitra hidup di panti asuhan sejak kedua orang tuanya
meninggal. Dikarenakan keluarga dan tetangganya tidak ada yang mau mengurusinya
kala itu. Sekarang Fitra berjualan onde-onde di sekolahan demi menafkahi
dirinya sendiri. Teman-temannya banyak yang mensupport Fitra, tapi banyak juga
yang mencibirnya dengan omongan-omongan yang pedas. Tapi bagi Fitra, dia nggak
bakal ngedengerin komentar-komentar pedas yang dilontarkan teman-teman yang
sirik terhadap dirinya.
Fitra sekarang hidup di rumah peninggalan orang tuanya.
Sejak umur 6 tahun Fitra mengurus dirinya sendiri dengan berbekal ilmu mengurus
diri yang dia dapat dari panti asuhan.
Fitra tidak pernah mendengarkan kata-kata orang lain
yang selalu mencaci dirinya. Dia hanya percaya kepada dirinya sendiri. Bagi
dia, “jika mendengarkan pernyataan orang lain itu memang perlu, tapi selagi
pernyataan itu tidak membuat dirinya menjadi sesuatu yang membangun, apakah itu
perlu untuk di dengarkan?!. Fitra lebih percaya dengan kata hatinya ketimbang
mendengarkan cibirin dari mulut orang-orang yang belum tentu sanggup bila
berada di posisinya.
Suatu hari Fitra pernah dikerjai oleh kakak-kakak
kelasnya di SD. Saat Fitra berjualan para preman cilik itu mencicipi satu
persatu onde-onde milik Fitra dan mengembalikannya lagi sambil bilang “Ahh,..
nggak enak, makanan kayak gini pantesnya buat makanin anoa gue dirumah !!”.
Fitra nggak marah, dia hanya terdiam sambil mendoakan para preman cilik itu
mengalami parises di mulutnya. Buat dia "amarah malah akan membuat keadaan
semakin parah bukan memperbaiki keadaan. Dan saat itu sebetulnya ada yang
seseorang wanita yang memperhatikan Fitra dari jauh.
Lulus dari SD Fitra melanjutkan sekolah kejenjang
selanjutnya. Saat SMP, Fitra mulai lebih mahir dalam berjualan. Dia memiliki
strategi yang jitu untuk berjualan.
Fitra menitipkan onde-ondenya dikantin sekolah dengan pembagian laba 80%:20%.
Dan setiap kali dia pulang sekolah dia mengambil hasil berjualannya dikantin
dengan pembagian yang sudah ditentukan. Setiap hari Fitra menjalani
rutinitasnya seperti itu.
Sampai suatu hari ada kejadian aneh menimpa Fitra.
Setiap mengambil uang hasil jualannya kepada mbak-mbak kantin, selalu ada sisa
9 onde-onde di nampan si Fitra. Padahal dari jumlah uang yang dia terima,
harusnya onde-ondenya habis semua. Fitra pun bingung. Terus Fitra nanya ke
mbak-mbak kantinnya “Ini uangnya gak kebanyakan mbak? Kan onde-onde saya masih
nyisa?”
Mbak-mbak kantinnya menjawab “Iya,.. tadi ada cewek
yang beli onde-onde dan udah bayar, tapi dia nggak jadi ngambil onde-ondenya,
malah langsung pergi, mungkin dia buru-buru,..” Dan anehnya kejadian itu
terjadi berulang kali.
Memasuki jenjang SMA, Fitra masih berjualan
onde-onde. Tapi dia udah make strategi yang beda. Kalo dulu dia jualan
onde-onde dititipin sama mbak-mbak kantin, sekarang dia jualan onde-onde via
instagram. Jadi tiap ada orang upload foto makanan di instagram, Fitra selalu
membubuhi komentarnya “Cek IG aku ya kak,.. Ada onde-onde mak-nyus loh,..:)”
Onde-ondenya pun sekarang lebih bervariatif. Ada
onde-onde goyang, rainbow onde-onde, onde-onde cius-miapah dan masih banyak
lagi varian onde-onde yang Fitra jual. Dengan menu onde-onde yang sevariatif
dan seunik itu dagangan Fitra jadi laris manis.
Dalam bisnisnya Fitra mendapat banyak sekali pelanggan
tetap dan pelanggan part time. Tapi diantara pelanggan-pelanggan itu ada satu
pelanggan yang menurut Fitra sangat aneh sifatnya. Pelanggan itu bernama Novi.
Akun instagramnya @Noviie_imoetts. Tuh cewek suka mesen onde-onde yang ada di
intagram Fitra via sms “Hey,.. Aku pesen onde-onde goyang ya Rp 22.000,-,
uangnya udah aku transfer”.
Saat Fitra meminta alamat rumah Novi untuk
mengirimkan onde-ondenya via kantor pos, Novi selalu menolak dan Novi selalu
bilang :
“Nggak usah dikirim,.. Itu buat kamu kok.. Aku Cuma
mastiin kamu nggak kelaperan hari ini,..”.
Fitra dibuat Novi cukup bingung atas kelakuannya.
Tapi Fitra mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Karena Fitra percaya
“kalo jodoh pasti bakalan ketemu lagi”. Kemudian Fitra melanjutkan pekerjaannya.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun
berganti hari. Saat lulus SMA Fitra masih disibukkan dengan pekerjaannya. Dan
Novi menjadi pelanggan yang selalu setia meng-order dagangan Fitra sambil
bilang, “Nggak usah dikirim,.. Itu buat kamu kok.. Aku Cuma mastiin kamu nggak
kelaperan hari ini,..”.
Semakin lama, Usaha Fitra semakin berkembang dan
maju. Omset dari berjualan onde-onde pun sudah mencapai angka miliaran.
Sekarang Fitra nggak lagi kesusahan kalo mau pergi-pergi karena koleksi mobil
mewah yang dimilikinya sudah banyak sekali. Dan Fitra sekarang mempunyai rumah
yang luar binasa besarnya yang mencapai 22 hectar. Tapi rumah itu terlalu besar
untuk di tinggali sendirian. Ruang tamu 13 hektar, dapur dengan luas 9 hektar
alhasil jika pembantunya ingin mengantarkan minuman keruang tamu harus
menggunakan busway. Kamar tidur Fitra pun tidak kalah besar, dengan luas kamar
2 hectar, Fitra sekarang bisa mewujudkan cita-citanya yaitu bemain
layang-layang di dalam kamar sambil menonton tv 14 inch kesayangannya.
Saking kayanya si Fitra. Dia kalo mau boker aja
harus mengeluarkan biaya yang nggak sedikit. Gimana nggak mahal coba, dia biasa
boker aja di Australia terus ceboknya di Italy.
Tampaknya Fitra sudah mulai lupa bagaimana kehidupan
masa lalunya. Apa yang dia lakukan sekarang Cuma sekedar mengejar kesenangan
semata. Dia seakan hanya ingin “Balas Dendam” terhadap pedihnya kehidupan
dimasa lalu. Tapi mengejar kesenangan pun ada titik jenuhnya. Titik jenuh itu
datang saat semua terasa hambar dan sia-sia. Dimana kita sudah terbiasa akan
kesenangan dan lupa dengan apa yang terjadi sebelum kesenangan itu kita raih.
Tak ada lagi makanan enak karena sudah terbiasa
dengan makanan enak. Tak ada lagi rasa bersyukur karena sudah lupa bagaimana
hidup kekurangan. Semua itu jadi pemicu kehambaran, saat kita tidak lagi punya
tujuan hidup.
Saat rasa kehambaran itu menyelinap, Fitra teringat
akan suatu kebahagiaan kecil yang dia dapat setiap hari dari seseorang wanita
yang sebenarnya Fitra tidak tau siapa wanita itu. Wanita yang selalu bilang :
“Itu buat kamu kok.. Aku Cuma mastiin kamu nggak
kelaperan hari ini,..”.
Fitra baru sadar bagian itu sudah tidak dia dapatkan
lagi semenjak semua kemewahan yang dia dapat. Fitra juga baru sadar bahwa ada
bagian dari masa lalu saat di zaman perjuangan(susah) sudah menghilang. Sekecil
apapun sebuah perhatian, sesederhana apapun sebuah perhatian jika dilakukan
secara rutin, pasti akan menjadi candu bagi orang yang dikasih perhatian.
Fitra mencoba mencari Novi. Dia stalking instagram
Novi, tapi disana cuma ada foto onde-onde jualannya si Fitra. Tidak ada sama
sekali foto wajah si Novi. Fitra bingung. Dia tak tau bagaimana mencari
seseorang yang bahkan dia tidak tau wujudnya seperti apa. Uang sebanyak apapun
tidak akan sanggup membantu Fitra menemukan Novi.
“Bagaimana mungkin seseorang bisa kehilangan sesuatu
yang bahkan belum dia miliki?” Itulah manusia, penuh dengan perasaan yang sulit
untuk dimengeti manusia lainnya.
Bertahun-tahun Fitra mencari tau dimana Novi berada,
Tapi hasilnya nihil. Nomer Novi yang biasa dipake buat mesen onde-onde pun
tidak dapat dihubungi. Kata operator, nomer itu sudah tidak terdaftar. Fitra
merasa hidupnya sudah tidak berwarna lagi. "Segala kemewahan hanyalah penghasil
tawa bukan kebahagiaan". Sedangkan tawa hanya menjadi penikmat sementara dan
kebahagian akan selalu bisa dikenang dengan mengingat kebahagiaan itu kembali,
karena kebahagian bila dikenang akan selalu terasa menggelitik.
Fitra perlahan mulai putus asa. Dia sekarang memilih
hal yang nekat. Dia ingin kembali menjadi Fitra yang dulu. Dengan begitu Fitra
berharap hidupnya akan menjadi lebih berwarna kembali karena harus merintis
karir dari bawah lagi. Merasakan lagi susahnya kelaparan karena uang yang
pas-pasan. Dan mengalami lagi sebuah petualangan, bukan hanya sekedar
kesenangan. Fitra membulatkan tekadnya dan mulai menjual semua barang mewah
miliknya. Rumah, Mobil, TV 14 inch dan semua barang mewah lainnya dia jual.
Sampai Fitra tidak lagi mempunyai apa-apa dan semuanya dia sumbangkan ke panti
asuhan tempat dimana Fitra pernah dibesarkan.
Hanya sedikit uang yang ada disakunya lah yang
tersisa. Ia tidak punya barang-barang mewah lagi sekarang. Tapi yang jelas
Fitra sekarang punya tujuan hidup. Dengan sedikit uang yang tersisa dia ingin
mencoba merintis usaha lagi. Usaha yang baru tentunya. Jualan “Es Susu Kuda
Liar”. Fitra sengaja nggak mau jual onde-onde lagi. Dia ingin sesuatu yang
baru, dengan petualangan yang baru. Karena menurut dia, dia sudah pernah sukses
dalam berjualan onde-onde. Dia tak mau melakukan hal yang sama, dia tak mau
melakukan petualangan yang sama dan kesuksesan dengan cara yang sama.
Karena menurut Fitra "manusia itu tidak mutlak
membutuhkan uang, setiap manusia itu punya jiwa petualangnya masing-masing,
dimana uang hanya sebagai sarana, jadi pilihan yang paling tepat untuk
menikmati hidup adalah mempunyai uang secukupnya bukan sebanyak-banyaknya.
Karena semakin banyak uang yang dimiliki semakin banyak pilihan hidup yang
harus dipenuhi. Dititik itulah rasa hambar akan siap menghampiri kembali.
Fitra berjualan Es susu kuda liar melalui blog
pribadinya dan akun twitter miliknya. Dia jualan seperti dulu dengan harapan
dapat menikmati indahnya meniti karir seperti dulu.
Suatu hari, Fitra mendapatkan orderan Es susu kuda
liar via sms, “Hey,.. Aku pesen es susu kuda liarnya ya,.. yang ukuran
jumbo,..”
“Siap pak,.. Setelah bapak tranfer uangnya, saya
akan segera kirim barangnya,..” jawab Fitra.
Pembeli itu membalas lagi, “Kok pak sih,.. Saya
cewek lo mas,.. Hhehe J”.
“Maaf mbak saya nggak tau hhehe,..” Fitra pun
meminta maaf.
SMS itu dibalas lagi sama pembeli, “Hhaha,.. uangnya
sudah saya transfer sesuai prosedur yang tertera di blogmu,.. Es susu kuda
liarnya nggak usah dikirim saya cuma mau
mastiin kalo kamu nggak kehausan saat ketemu aku nanti J,..”
Balasan SMS itu membuat senyum simpul penuh
kebahagiaan yang sudah lama tak muncul di bibir Fitra selama ini, Fitra pun
membalas lagi SMS tersebut :
“Terimakasih ya,.. Dari kamu aku belajar bahwa,
hidup tak punya apa-apa itu emang pedih, tapi lebih pedih lagi kalo hidup tanpa
punya siapa-siapa,Novi. J”.
END.
Author : @ariff_fitra
Inspired by : Alitt Susanto
No comments:
Post a Comment