Thursday, 14 November 2013

#5BukuDalamHidupku Secangkir Espresso







filosofi kopi




Judul      : Filosofi Kopi - Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
Penulis   : Dee Lestari
Penerbit : Truedee Book & GagasMedia












Kopi. Dari dulu aku tidak menyukai kopi. Menurutku lebih nikmat aroma teh di bandingkan dengan kopi. Kenapa?! karena teh itu manis sedangkan sesempurnanya sebuah kopi tetap punya sisi pahit yang tidak mungkin bisa disembunyikan. Maka dari itu aku tidak menyukai kopi.

Ibuku pernah membuatkan aku kopi, ketika itu di hari minggu pagi saat aku sedang asik membaca sebuah majalah yang berisi cerpen-cerpen tema remaja. "Ini ibu buatkan kopi,.."Seru ibuku sembari memberikan sebuah cangkir berisikan air berwarna hitam yang disebut Kopi. "Tapi aku nggak biasa bu minum kopi, teh saja" Aku menjawab sambil mengernyitkan dahiku.

Ohh,.. minuman macam apa ini, warnanya saja gelap, pasti rasanya pahit tidak karuan,.. aku mulai menggerutu melihat cairan berwarna hitam yang ada didalam cangkir putih berukuran sedang. "Dicoba saja dulu,.. lagian teh kita habis, ibu lupa membelinya kemarin,.." Aku hanya tidak mau melihat ibuku kecewa yang sudah rela membuatkanku secangkir kopi. Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya perasaan ibu jika aku tidak meminumnya. Ia pasti sangat kecewa pastinya.

Akhirnya aku minum kopi hasil buatan ibuku itu. Pahit !,.. Itulah rasa yang aku rasakan saat menyeruput sedikit kopi di dalam cangkir itu. Aku mulai berfikir, kira-kira sihir apa yang dimilikinya sehingga banyak sekali manusia yang mencintai kopi bahkan sangat tergila-gila dengannya. Meskipun sudah ditambahkan cukup banyak gula sebagai pemanis, tetap saja yang namanya kopi tidak bisa menyembunyikan sisi pahitnya.


Setahun berselang aku pergi ketoko buku, niat ingin mencari sebuah buku novel remaja tiba-tiba aku melihat seorang lelaki tua sedang menenteng botol berisikan air berwarna hitam. "Pak itu apa,..? kok ada air mineral kemasan berwarna hitam?,.." Tanyaku penasaran.

Ohh,.. Ini kopi dik, bapak tadi tidak sempat ngopi dirumah jadi saya masukkan saja kebotol, biar tetep bisa ngopi dijalan." Bapak itu menjelaskan sambil sedikit tertawa. "Tiba-tiba aku kembali kepikiran dengan kopi, Mengapa aku tidak cari saja buku yang ada hubungan tentang kopi, aku ingin tau. Mengapa banyak sekali manusia yang mencintai kopi?."



Kemudian aku berjalan menuju lelaki berbadan tegap dengan potongan rambut cepak yang memakai seragam berwarna hitam.

Mas,.. buku yang berhubungan dengan kopi ada tidak?" Aku bertanya kepada lelaki berseragam berwarna hitam yang tidak lain adalah pegawai dari toko buku tersebut.

Yang berhubungan kopi ya,.." Lelaki itu mulai berfikir buku apa kira-kira yang pas untuk anak berusia 17 tahun ini. "Bagaimana jika Filosofi Kopi karya Dee Lestari mas?! Dengan logat jawa kentalnya ia memberikan solusi buku tersebut kepadaku.

Bagus tidak mas bukunya?!"

Jelas bagus dong mas, laa wong yang nulisnya juga terkenal kok,.."Ia menjelaskan dengan santai dan sangat meyakinkanku. Akhirnya aku membeli buku itu seusai pegawai toko tersebut berhasil meyakinkanku. Setelah membayar kekasir aku langsung kembali kerumah dan langsung membaca buku antologi cerpen karya Dee Lestari yang diberi judul Filosofi Kopi.

Ternyata dalam buku tersebut menceritakan seorang pria bernama Ben dan temannya yang bernama Jody. Ben yang memang sangat tergila-gila dengan kopi sampai-sampai rela berkeliling dunia demi mengemis-ngemis untuk bisa masuk kebelakang dapur untuk melihat langsung racikan-racikan handal dari semua barista penjuru dunia.

Jody yang mempunyai modal uang dan ilmu admistrasi bekerja sama dengan ben untuk membuat sebuah kedai kopi yang diberi nama Kedai Koffie Ben & Jody yang kemudian berubah nama menjadi Filosofi Kopi dengan slogan "Temukan Diri Anda Disini". Ketika datang seorang pengusaha yang cukup kaya raya ke Kedai Koffie Ben & Jody. Ia menantang ben sang barista untuk membuat sebuah kopi yang sempurna dengan imbalan uang sebesar lima puluh juta rupiah. Sungguh bukan uang yang sedikit. Ben pun menerima tantangan lelaki itu dan ia berhasil membuat lelaki itu kagum atas kopi buatan ben, lalu ben menamakan kopi tersebut dengan nama Ben's Perfecto.

Sampai suatu hari seorang pria setengah baya datang ke Filosofi Kopi dan memesan Ben's Perfecto. Ben terpukul karena pria setengah baya tersebut mengatakan kalau ada kopi yang lebih enak dari Ben's Perfecto. Berbekal rasa ingin tau, Ben mengajak Jody kepedesaan yang ditunjuk pria itu untuk mencicipi kopi yang disebut-sebut mampu mengalahkan Ben's Perfecto. Kopi Tiwus namanya.

***

Seolah tak percaya dengan diriku sendiri, aku mulai mencoba mencari kopi-kopi terbaik disetiap tempat yang pernah aku datangi. Cerpen Dee Lestari berjudul Filosofi kopi ini memang begitu bermakna dan membekas dibenakku. Aku sekarang bukan menjadi pecinta kopi melainkan penikmat kopi. Aku masih sibuk menikmati kopi-kopi ternikmat diindonesia bahkan didunia.

Aku ingin sekali menikmati seluruh jenis kopi yang ada, agar aku bisa membandingkan rasa dari setiap jenis kopi. Aku yakin setiap jenis kopi mempunyai Filosofi kopi yang berbeda-beda. Seperti kopi yang sampai saat ini menjadi primadona dalam cangkirku. "Espresso, Ia hitam, sederhana karena disajikan dengan cepat hanya dengan sedikit air hingga begitu pekat dan kental, panas dan jangan coba menikmatinya dalam kondisi dingin, karena jika melakukannya dijamin lidah anda tidak akan menikmatinya." 

Para penikmatnya dikatakan sebagai pribadi yang simpel, menyukai tantangan, cenderung perfecsionis. Hingga kadang saya memberi nama Espresso, dengan julukan "Perfectionisto".


Namun itu hanya pendapat bukannya sebuah firman yang harus diikuti dan ditaati. Tidak ada benar dan salah, sebagaimana kopi, boleh diminum boleh tidak. Itu adalah sebuah pilihan. Demokratis. Sedemokratis cara menikmati secangkir kopi, mau diseruput, mau disendoki atau mau minum sambil njengking pun tidak jadi masalah. Buatlah senyaman mungkin caramu sendiri dalam menikmati secangkir kopi panas hari ini.

Yang jelas kopi telah turut mewarnai dunia dengan hitam dan pekatnya.

Lalu kopi apakah yang anda minum hari?!

No comments:

Post a Comment