“Hoi an,..” teriak
Fitra dengan kencang serta takjub atas keindahan kota yang terletak dipantai
laut cina selatan. Kota kecil yang sangat penuh warna, magis serta luar biasa
indah ini adalah seperti rumah bagi lentera sutra. Kota ini pada dulunya merupakan
pelabuhan penting dan pusat perdagangan. Dan tidak heran aku dan teman-temanku
menjadikan kota ini sebagai salah satu kota tujuan yang paling diincar di Asia
Tenggara oleh para traveler sejati
seperti aku dan ketiga teman-temanku.
Sesampainya dipelabuhan
kami bergegas langsung menuju kehotel untuk beristirahat dan menaruh
barang-barang yang kami bawa. Aku dan teman-temanku menginap dihotel yang cukup
terkenal di Hoi an yaitu hotel Hoi An Pacific Hotel.Kami memesan dua kamar dihotel itu, karena tidak mungkin jika aku harus satu kamar dengan dua teman pria ku yang pikirannya mesum itu. Jadi Fitra satu kamar dengan Hendy dan Aku satu kamar dengan teman wanita ku, namanya Kiki.
“Tok,..tok,..tok,..” belum lama Aku dan Kiki beristirahat menghilangkan lelah
sejenak, sudah ada yang mengetuk pintu.
“Iya,.. sebentar,..” jawabku sambil beranjak dari tempat tidur.
“Perlahan pintu kamar hotel aku buka, dan setelah pintu terbuka sepenuhnya aku kaget melihat siapa yang ada dibalik pintu tersebut dan berteriak.
“Aghhhhhh...aaghh,..” Teriakku
“Novi,.. ada apa,..” Kiki kaget dan beranjak dari kasur tempat ia sedang tidur-tiduran.
“Hhahaha,.. masa sama topeng kayak gini aja takut,..” ucap Fitra sambil tertawa meledekku yang tadi ketakutan melihat topeng menyeramkan yang dipakai Fitra.
“Fitra,.... lo ini ya, udah tau gue lagi istirahat malah dikerjain,..” Kataku sambil mendekati Fitra dan mencubit perutnya sebagai pembalasan atas ulahnya yang seenaknya saja mengganggu orang yang lagi enak-enaknya istirahat, sedangkan Kiki hanya tersenyum geli melihat tingkah kami berdua yang seperti anak-anak.
“Emang lo mau ngapain sih kesini?, ini kamar cewek tau,..” Kataku sambil sekali lagi mencubit perutnya
“Kepantai yuk, pantainya lagi bagus tuh, sekalian liat sunset, sayang kalo dilewatin,..” Sambung Fitra yang tampak bersemangat meskipun baru beberapa jam yang lalu kami sampai di Hoi An.
“Iya,.. sebentar,..” jawabku sambil beranjak dari tempat tidur.
“Perlahan pintu kamar hotel aku buka, dan setelah pintu terbuka sepenuhnya aku kaget melihat siapa yang ada dibalik pintu tersebut dan berteriak.
“Aghhhhhh...aaghh,..” Teriakku
“Novi,.. ada apa,..” Kiki kaget dan beranjak dari kasur tempat ia sedang tidur-tiduran.
“Hhahaha,.. masa sama topeng kayak gini aja takut,..” ucap Fitra sambil tertawa meledekku yang tadi ketakutan melihat topeng menyeramkan yang dipakai Fitra.
“Fitra,.... lo ini ya, udah tau gue lagi istirahat malah dikerjain,..” Kataku sambil mendekati Fitra dan mencubit perutnya sebagai pembalasan atas ulahnya yang seenaknya saja mengganggu orang yang lagi enak-enaknya istirahat, sedangkan Kiki hanya tersenyum geli melihat tingkah kami berdua yang seperti anak-anak.
“Emang lo mau ngapain sih kesini?, ini kamar cewek tau,..” Kataku sambil sekali lagi mencubit perutnya
“Kepantai yuk, pantainya lagi bagus tuh, sekalian liat sunset, sayang kalo dilewatin,..” Sambung Fitra yang tampak bersemangat meskipun baru beberapa jam yang lalu kami sampai di Hoi An.
***
kami berempat pergi
kepantai setelah Fitra berhasil merayu kami untuk ikut melihat sunset dipantai.
“Nov, ayo main lempar
bola?!” teriak Fitra lantang kearahku, sambil melemparkan bola kearahku dan aku
bersiap untuk menangkap bola tersebut. Sedangkan Kiki dan Hendy sedang asik
menikmati suasana angin yang sejuk sore itu di Hoi An dan memanjakan mata
mereka dengan hamparan pasir pantai yang putih dan bersih, serta ombak yang
begitu menawan.
Aku masih asik saling
melempar bola dengan Fitra sambil ketawa-ketawa saking asiknya. Tapi.. Ada saat
Fitra melempar bola terlalu jauh dan aku tidak bisa menangkapnya sehingga bola
tersebut menggelinding jauh dan berhenti tepat ditungkai kaki seseorang. Aku
berhenti dan diam sambil kupandangi kaki misterius itu sampai ke atas.
“Ini bola kalian?”
tanya seorang gadis itu padaku.
Aku diam lagi saat kulihat wajahnya sangat cantik. Kecantikannya itu melebihi aku dan membuat aku sedikit iri melihatnya. Kulitnya putih mulus bak porselein, wajahnyanya yang oval, rambutnya yang bergelombang indah berwarna coklat gelap.
Aku diam lagi saat kulihat wajahnya sangat cantik. Kecantikannya itu melebihi aku dan membuat aku sedikit iri melihatnya. Kulitnya putih mulus bak porselein, wajahnyanya yang oval, rambutnya yang bergelombang indah berwarna coklat gelap.
“I... Iya, makasih
ya.” Ucapku mengambil bola dari tangannya.
“Sama-sama, boleh aku gabung sama kalian?”
Aku sebenernya rada terhenyak mendengar kata-katanya. Rasanya agak aneh aja gadis secantik bidadari kayak dia gabung sama geng aku.
“Eh, Nov! Kamu ngomong sama siapa?” mereka bertiga langsung menghampiri kami berdua.
“Wow! Ada temen baru nih!” kata kiki sambil tersenyum.
“Yoyoi, cantik lagi,..”
“Aku Gita, boleh aku gabung sama kalian?”
Kami saling bertatapan mata. Si Kiki mengangguk setuju, sedangkan aku masih kelihatan ragu.
“Udah Nov, biarin aja dia gabung sama kita. Lagi pula dengan begini kita bisa nambah temen baru. Iya nggak?”
Hendy dan Fitra saling mengangguk setuju saat Kiki menyetujui Gita gabung bersama geng kita.
“Eh, mbak namanya siapa tadi? Kenalin.. Aku Fitra. Arif Fitra Setianto.” Sontak Fitra menyerobot kami bertiga sambil mengulurkan tangannya.
“Gita,..” Jawab Gita dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Hingga membuat Fitra jadi seperti orang yang lemas dan tak berdaya.
“Ya ampun, Nama yang cantik, secantik orangnya,..” tambah Fitra.
Gita jadi teersipu malu dan dia hanya tersenyum kecil.
“Wooaahhhh,..!!!” kami bertiga pun saling menyoraki Fitra yang udah keterlaluan playboy.
Eh, jangan macem-macem ya ! inget !,..” Bisikku ke Fitra
Iya,.. Iya lagian aku cuma bercanda doang kok sama dia,..” Sungut Fitra rada kesal.
“Ya udah deh, kalau begitu kita nikmatin sunset bareng-bareng yuk!” kata Fitra dengan nada bijak. Lantas, kami berlima duduk di bawah pohon kelapa yang berukuran cukup besar di pantai sambil menikmati indahnya matahari yang perlahan mulai menghilang.
“Sama-sama, boleh aku gabung sama kalian?”
Aku sebenernya rada terhenyak mendengar kata-katanya. Rasanya agak aneh aja gadis secantik bidadari kayak dia gabung sama geng aku.
“Eh, Nov! Kamu ngomong sama siapa?” mereka bertiga langsung menghampiri kami berdua.
“Wow! Ada temen baru nih!” kata kiki sambil tersenyum.
“Yoyoi, cantik lagi,..”
“Aku Gita, boleh aku gabung sama kalian?”
Kami saling bertatapan mata. Si Kiki mengangguk setuju, sedangkan aku masih kelihatan ragu.
“Udah Nov, biarin aja dia gabung sama kita. Lagi pula dengan begini kita bisa nambah temen baru. Iya nggak?”
Hendy dan Fitra saling mengangguk setuju saat Kiki menyetujui Gita gabung bersama geng kita.
“Eh, mbak namanya siapa tadi? Kenalin.. Aku Fitra. Arif Fitra Setianto.” Sontak Fitra menyerobot kami bertiga sambil mengulurkan tangannya.
“Gita,..” Jawab Gita dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Hingga membuat Fitra jadi seperti orang yang lemas dan tak berdaya.
“Ya ampun, Nama yang cantik, secantik orangnya,..” tambah Fitra.
Gita jadi teersipu malu dan dia hanya tersenyum kecil.
“Wooaahhhh,..!!!” kami bertiga pun saling menyoraki Fitra yang udah keterlaluan playboy.
Eh, jangan macem-macem ya ! inget !,..” Bisikku ke Fitra
Iya,.. Iya lagian aku cuma bercanda doang kok sama dia,..” Sungut Fitra rada kesal.
“Ya udah deh, kalau begitu kita nikmatin sunset bareng-bareng yuk!” kata Fitra dengan nada bijak. Lantas, kami berlima duduk di bawah pohon kelapa yang berukuran cukup besar di pantai sambil menikmati indahnya matahari yang perlahan mulai menghilang.
***
“Tolong,..tolong,..”
“Bug,..bug...bug,..”
“Tolongg,.. !!”
“Agghhhh,...” aku terbangun. Aku merasa aku telah mimpi buruk malam ini. Keringat dingin kurasakan mengalir disekujur tubuhku. Lantas. Aku membangunkan Kiki karena ketakutan.
“Bug,..bug...bug,..”
“Tolongg,.. !!”
“Agghhhh,...” aku terbangun. Aku merasa aku telah mimpi buruk malam ini. Keringat dingin kurasakan mengalir disekujur tubuhku. Lantas. Aku membangunkan Kiki karena ketakutan.
“Ki,..ki,.. bangun
ki,.. Gue takut nih!” ucapku sambil membangunkan Kiki. Kulihat samar-samar
lampu tidur dikamar hotel yang mulai redup. Suasana terasa sangat sepi di hotel
malam ini.
“Duh, gue ngantuk banget nih. Ada apaan sih emang Nov?”
Aku sedikit mendesah. Kebiasaan deh kalau Kiki itu susah banget dibangunin. Aku akhirnya pergi kekamar mandi untuk mencuci muka.
“Duh, gue ngantuk banget nih. Ada apaan sih emang Nov?”
Aku sedikit mendesah. Kebiasaan deh kalau Kiki itu susah banget dibangunin. Aku akhirnya pergi kekamar mandi untuk mencuci muka.
Aku berdiam diri
sejenak dikamar mandi sembari bercermin melihat keadaan mukaku yang sedikit
berantakan karena habis ketakutan oleh mimpi buruk sialan itu. Sekelebat aku
merasa ada bayangan menyerupai manusia yang melintas dibalik gorden kamar mandi
yang biasa untuk berendam air panas. Lalu menghilang begitu saja. Aku berusaha
tenang, mungkin ini cuma halusinasiku saja yang terlalu memikirkan hal yang
aneh-aneh. Maklum, akhir-akhir ini aku memang keseringan nonton film horor. Aku
kembali menghadap kecermin kamar mandi setelah mengecek dibalik gorden ternyata
tidak ada siapa-siapa disana. Lagi-lagi.. Aku merasa ada yang bayangan yang
melintas di balik gorden itu. Dan sontak saja aku menoleh.
“Siapa itu?siapa
disana?tolong jangan ganggu aku.” Nada bicaraku sedikit membentak. Tapi tidak
ada jawaban, aku mulai memberanikan diri membuka gorden itu sekali lagi untuk memastikan
ada apa dibalik gorden itu. Belum sempat aku membuka penuh gorden itu tiba-tiba
saja aku tersentak. Samar-samar terlihat ada sosok yang berdiri dibalik gorden
itu. Wujudnya tidak terlalu terlihat jelas. Tapi aku bisa menerka sosoknya
menyerupai wanita namun wajahnya hancur seperti habis dipukuli serta dipenuhi
darah hampir disetiap jengkal mukanya. Ia memandangku sebentar, hingga aku
cepat-cepat keluar dari kamar mandi. Aku menyeruak diantara selimut tebalku dan
berusaha menghilangkan tentang sosok wanita tadi dari pikiranku.
***
“Duh!, jujur Ki! Gue
tuh semalem lihat penampakan di kamar mandi. Gue takut banget!”
“Udah deh Nov. Makanya jangan kebanyakan nonton film horor. Jadi kayak gitu kan akibatnya!” Kiki malah mengomeliku sambil asik duduk dan minum lemon tea di samping kolam renang yang terletak di belakang hotel. Tapi Kiki kelihatannya masih belum percaya dengan cerita yang aku alami ini benar-benar kenyataan. Saat Kiki menyingkir dihadapanku untuk menghampiri Hendy yang lagi asyik internetan dipinggir kolam renang, aku melihat sosok hantu wanita menyeramkan itu diantara semak-semak yang letaknya tidak terlalu jauh dari kolam renang. Dia lagi-lagi menatap kearahku, hingga akhirnya aku berdiri untuk memanggil Kiki.
“Udah deh Nov. Makanya jangan kebanyakan nonton film horor. Jadi kayak gitu kan akibatnya!” Kiki malah mengomeliku sambil asik duduk dan minum lemon tea di samping kolam renang yang terletak di belakang hotel. Tapi Kiki kelihatannya masih belum percaya dengan cerita yang aku alami ini benar-benar kenyataan. Saat Kiki menyingkir dihadapanku untuk menghampiri Hendy yang lagi asyik internetan dipinggir kolam renang, aku melihat sosok hantu wanita menyeramkan itu diantara semak-semak yang letaknya tidak terlalu jauh dari kolam renang. Dia lagi-lagi menatap kearahku, hingga akhirnya aku berdiri untuk memanggil Kiki.
“Ki,..
i..iii...ituuu!! iituuu,.. hantu yang gue lihat semalem dikamar mandi!”
“Mana sih? Orang nggak ada apa-apa kok!” ketus Kiki rada kesel karena ia merasa tidak melihat apa-apa diantara semak-semak yang aku tunjuk.
“Mana sih? Orang nggak ada apa-apa kok!” ketus Kiki rada kesel karena ia merasa tidak melihat apa-apa diantara semak-semak yang aku tunjuk.
“Eh, Nov! Mau
kemana?” tanya Kiki memanggilku.
Aku tidak menggubris Kiki sama sekali. Aku keluar dan menghampiri pohon rambutan tempat dimana aku lihat ada penampakan hantu wanita tadi. Saat aku ada diantara semak-semak itu ternyata tidak ada apa-apa. Justru secara mendadak aku merasa ada yang menepuk bahuku.
Aku tidak menggubris Kiki sama sekali. Aku keluar dan menghampiri pohon rambutan tempat dimana aku lihat ada penampakan hantu wanita tadi. Saat aku ada diantara semak-semak itu ternyata tidak ada apa-apa. Justru secara mendadak aku merasa ada yang menepuk bahuku.
“Agghhh!” jeritku.
“Novi?” ternyata suara itu berasal dari Gita. “Kamu ngapain disitu?” tanya Gita padaku. “Eng,.. enggak ada apa-apa kok, aku cuma lihat-lihat aja, sambil nikmatin udara pagi yang masih segar ini.”“Oh, aku kira lagi nyari apa,..” jawab Gita sambil menyunggingkan senyumnya yang manis.
“Novi?” ternyata suara itu berasal dari Gita. “Kamu ngapain disitu?” tanya Gita padaku. “Eng,.. enggak ada apa-apa kok, aku cuma lihat-lihat aja, sambil nikmatin udara pagi yang masih segar ini.”“Oh, aku kira lagi nyari apa,..” jawab Gita sambil menyunggingkan senyumnya yang manis.
“Kalau kamu gimana?
Kok bisa ada disini,..” tanya ku “Kamu nggak kerja atau kuliah emangnya?” Gita
menggeleng dengan cepat. Sambil berkata, “Kuliahku lagi libur.”
“Kita jalan-jalan
bareng yuk!” ajak Gita dengan nada bicara yang penuh semangat.
“Oh, boleh-boleh.
Kalau aku ajak temen-temenku gimana? Kamu nggak keberatan kan?”
“Tentu,..” Ucap Gita dengan senyumnya yang begitu hangat.
“Tentu,..” Ucap Gita dengan senyumnya yang begitu hangat.
Akhirnya pagi itu aku
Gita, dan keempat temanku pergi berkeliling kota Hoi An seharian, dari
berkunjung ketempat-tempat bersejarah sampai nyobain kuliner-kuliner yang
terkenal di Hoi An. Yah,.. Namanya juga traveler, semuanya pasti pengen
dijelajahin. Setelah puas menjelajah kota Hoi An seharian dengan ditemani Gita
sebagai tour guide gratisan. Hari sudah menunjukan waktunya untuk kami segera
kembali kehotel dan beristirahat setelah seharian berpetualang menjelajah kota
Hoi An.
***
Kiki,.. tolong aku
ki,..” tiba-tiba aku mendengar suara bisikan aneh ditelingaku. Dan aku merasa
ada desir angin berhembus didekat telangaku. “Keluarkan aku dari sini,..”
bisikan itu terus menghantui aku sejak aku masuk kamar hotel setelah seharian
jalan-jalan dengan teman-temanku juga Gita. Aku berusaha tenang.
Gubrakk!” terdengar
suara benda jatuh dan membuatku kaget.
“Tenang, paling Cuma
tikus kok,..” ujar Kiki menenangkanku. Aku mencoba tenang lagi. Dan lagi-lagi
bisikan yang sama muncul di telingaku sambil diiringi suara jeritan wanita yang
sedang merintih kesakitan juga seperti suara hantaman benda tumpul yang sedang
mendera tubuhnya bertubi-tubi.
“Tidaakkk,..!”
jeritku ketakutan. “Pergi,..pergi,.. jangan ganggu aku,..!”
Tiba-tiba saja Hendy
dan Fitra mengetuk pintu kamar hotel ku dan Kiki.
“Ada apa, gue sama
Hendy tadi denger suara Novi teriak-teriak gitu,..” ujar Fitra. “Nggak tau tuh
Novi, gue juga bingung dia itu kenapa. Dari kemaren tingkahnya jadi aneh gitu.
Fitra mengambilkanku
segelas air putih. “Nih minum dulu biar tenang,..”
Pyarrr! Gelas itu
tidak sengaja aku buang kelantai.
“Darahh! Darah!,..”
aku berteriak-teriak sambil memandangi cairan merah yang ada didalam gelas yang
baru saja diberikan Fitra. “Nov, apa-apaan sih?” kata Kiki. “Ini bukan darah,
tapi air putih biasa!” Aku hanya duduk menjauh dari tempat itu.
“Nov, lo kenapa? Kok
mendadak jadi kayak gini sih? Aneh tau gak?”
“Pergi kalian semua
pergi!” bentakku terhadap teman-temanku. “Keluar cepet keluarr!” bentakku lagi.
Aku memaksa mereka
semua untuk keluar dari kamarku termasuk Kiki meskipun ia sekamar denganku.
Akhirnya mereka mau menurutiku dan melangkah menuju pintu, belum sempat mereka
menutup pintu kamarku, tiba-tiba saja pintu kamar tertutup dan mengunci dengan
sendirinya. Dari luar mereka semua berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu
kamarku. Namun hasilnya nihil.
Dan tiba-tiba saja
sosok hantu wanita itu muncul dihadapanku. Aku berusaha menjauh darinya “Pergi
kamu,..pergi,..jangan ganggu aku,..” hantu itu malah semakin mendekatkan
dirinya kepadaku. Semakin dekat! Hingga membuat aku semakin takut.
“Nov,..Tolong aku Nov, aku gak bermaksud untuk menakut-nakuti kamu dan
teman-temanmu, aku cuma mau minta tolong sama kamu,..” Aku bersandar didinding
tembok menjauh dari tatapan hantu itu. Walau aku tahu, ternyata hantu itu
adalah Gita yang aku kenal beberapa hari aku berada disini.
“Aku ingin minta
tolong sama kamu dan aku janji, setelah kamu menolongku aku janji tidak akan
mengganggu kalian lagi.” Dengan ragu-ragu aku menjawab, “Ka,..kamu mau minta
tolong apa sama aku?”
“Keluarkan aku dari
tempat ini Nov, aku gak bisa istirahat dengan tenang kalau belum ada orang yang
mau ngeluarin aku dari sini.” Aku merinding, dan menekukkan kedua kakiku.
“Sebenarnya, bukan kamu yang pertama kali aku datangi. Ada banyak warga dan
turis yang menginap dihotel ini aku datangin. Tapi mereka malah ketakutan dan
mengusir aku Nov. Aku tidak tahu harus minta tolong sama siapa lagi kalau bukan
sama kamu dan teman-temanmu Nov”
Mendengar pengakuan
Gita yang menyedihkan aku jadi kasihan dan rasa takut yang semula ada pada
diriku hilang begitu saja. Aku kemudian mendekat dan memberanikan diri
berbicara.
“Git,” panggilku.
“Hmm, maaf ya. Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu meninggal dalam keadaan
seperti ini? ”Ia dengan cepat menoleh dan merespon pertanyaanku. “Ceritanya
udah lama Nov. Sejak tiga tahun yang lalu.”
Ceritanya bermula
saat Gita sedang asik melihat Sunset ditempat aku dan ketiga temanku bermain
dipantai tempo hari. Ia dibekap oleh tiga orang lelaki dan diseret dibalik
semak-semak. Mereka memperkosa Gita lalu membunuhnya, dan menguburkan mayatnya
disana. Tanpa terasa air mataku mengalir dengan sendirinya mendengar cerita
yang begitu menyedihkan dan tragis dari Gita.
“Terus apa yang bisa
aku bantu Git,..?”
“Pergilah kesemak-semak
tempat kamu melihatku kemarin, temukan jasadku disana dan kuburkan aku dengan
layak,..”
“Novi,..Nov!” panggil
teman-temanku saat pintu kamarku berhasil terbuka. Aku berdiri dan kupeluk Kiki
dngan erat. “Lo nggak papa kan Nov,..?”
“Gu,..gue...” aku
menoleh ke arah Gita. Aku kaget, saat Gita menghilang begitu saja.
“Kita harus bantuin
Gita, Ki! Kita harus bantuin Gita keluar dari tempat ini!” Mereka kompak
melongo dan saling bertatapan mata. Seolah bingung dengan apa yang aku
bicarakan. “Nov!” panggil Kiki menyusulku. Nov, tunggu Nov kamu mau kemana!”
Aku tidak menggubris
mereka. Justru tetap pergi keluar hotel dan mencari semak-semak yang dimaksud
Gita. “Temen-temen! Gue nemuin sesuatu disini! Cepetan kesini!” Jeritku “Gue
yakin, disini pasti ada jasad Gita. Kita harus ngeluarin jasad Gita dari sini
dan menguburkannya lagi ketempat yang layak!”
“Darimana lo tahu
Nov?” kata Fitra masih dengan mimik muka yang bingung.
“Udah,.. cepetan
bantuin gue, ceritanya panjang. Yang terpenting kita harus ngeluarin jasad
Gita. Kalau urusannya udah selesai, baru aku ceritain semuanya tentang Gita.” Tiba-tiba
saja dari kejauhan ada orang yang nyelentuk.
“Eh, ngapain kalian
disitu?” tanya seorang bapak-bapak berseragam. Dari penampilannya ia seperti
petugas keamanan dihotel ini. “Ini pak. Kami mau menggali tanah disini dan
mengeluarkan jasad seseorang yang ada disini.
“Hah? Jasad?” jawab
bapak itu tidak percaya. “Pak saya serius pak! Ada jasad yang sudah terkubur
lama disini” kataku meyakinkan. “Bapak punya cangkul gak? Boleh saya pinjam. Sekilas,
bapak-bapak itu Cuma menggeleng kepala antara percaya dan tidak percaya dengan
omonganku. “Yasudah sebentar, saya ambilkan cangkulnya,..”
Fitra secara
bergantian mulai menggali tanah dengan bapak itu. Sementara Hendy pergi mencari
bantuan kepada penduduk sekitar.
“Aaaaaa,...aaa...!!”
tiba-tiba Fitra menjerit spontan saat melihat beberapa kerangka manusia yang
teronggok digundukan tanah itu. Itu pasti kerangka tubuh Gita yang sudah lama
bertahun-tahun terkubur disitu tanpa ada yang mengetahuinya. Beberapa warga
sekitar yang datang bersama dengan Hendy langsung membantu mengumpulakan
kerangka tubuh Gita, untuk divisum ke rumah sakit. Akhirnya, kasus kematian
Gita hampir perlahan sudah memasuki titik terang dan aku mulai kebanjiran
panggilan ke kantor polisi karena aku sebagai saksi dalam kasus ini.
Sekarang, tiba
saatnya aku dan teman-temanku untuk melanjutkan petualangan kami sebagai para traveler sejati.
Akhirnya, kami
berempat melangkahkan kaki keluar dari hotel, tiba-tiba saat aku melewati
semak-semak tempat jasad Gita ditemukan. Aku melihat Gita tersenyum manis
melihatku. Dari sorot matanya aku tahu kalau ia pasti sangat ingin
berterimakasih padaku dan juga teman-temanku yang telah membantu menemukan jasadnya
untuk dikuburkan ditempat yang lebih layak. Aku pun membalas senyumannya.
“Nov, ayok buruan,..”
Teriak Fitra memanggilku.
Petualangan
berikutnya pasti akan lebih menegangkan lagi” ucapku dalam hati.
“Oke, seperti yang
sudah dijadwalkan oleh keempat traveler sejati dan sudah disepakati sebelumnya,
maka dengan ini sudah diputuskan bahwa tujuan kita berikutnya adalah Venice,
Italy.” Ujar Kiki dengan penuh semangat.
“Go,..To,.. Venice,..
!!!” Kami kompak.
No comments:
Post a Comment