Friday, 13 March 2015

Mistery of Hoi An - Vietnam


“Hoi an,..” teriak Fitra dengan kencang serta takjub atas keindahan kota yang terletak dipantai laut cina selatan. Kota kecil yang sangat penuh warna, magis serta luar biasa indah ini adalah seperti rumah bagi lentera sutra. Kota ini pada dulunya merupakan pelabuhan penting dan pusat perdagangan. Dan tidak heran aku dan teman-temanku menjadikan kota ini sebagai salah satu kota tujuan yang paling diincar di Asia Tenggara oleh para traveler sejati seperti aku dan ketiga teman-temanku.

Sesampainya dipelabuhan kami bergegas langsung menuju kehotel untuk beristirahat dan menaruh barang-barang yang kami bawa. Aku dan teman-temanku menginap dihotel yang cukup terkenal di Hoi an yaitu hotel Hoi An Pacific Hotel.
Kami memesan dua kamar dihotel itu, karena tidak mungkin jika aku harus satu kamar dengan dua teman pria ku yang pikirannya mesum itu. Jadi Fitra satu kamar dengan Hendy dan Aku satu kamar dengan teman wanita ku, namanya Kiki.

“Tok,..tok,..tok,..” belum lama Aku dan Kiki beristirahat menghilangkan lelah sejenak, sudah ada yang mengetuk pintu.

“Iya,.. sebentar,..” jawabku sambil beranjak dari tempat tidur.

“Perlahan pintu kamar hotel aku buka, dan setelah pintu terbuka sepenuhnya aku kaget melihat siapa yang ada dibalik pintu tersebut dan berteriak.

“Aghhhhhh...aaghh,..” Teriakku

“Novi,.. ada apa,..” Kiki kaget dan beranjak dari kasur tempat ia sedang tidur-tiduran.

“Hhahaha,.. masa sama topeng kayak gini aja takut,..” ucap Fitra sambil tertawa meledekku yang tadi ketakutan melihat topeng menyeramkan yang dipakai Fitra.

“Fitra,.... lo ini ya, udah tau gue lagi istirahat malah dikerjain,..” Kataku sambil mendekati Fitra dan mencubit perutnya sebagai pembalasan atas ulahnya yang seenaknya saja mengganggu orang yang lagi enak-enaknya istirahat, sedangkan Kiki hanya tersenyum geli melihat tingkah kami berdua yang seperti anak-anak.

“Emang lo mau ngapain sih kesini?, ini kamar cewek tau,..”  Kataku sambil sekali lagi mencubit perutnya

“Kepantai yuk, pantainya lagi bagus tuh, sekalian liat sunset, sayang kalo dilewatin,..” Sambung Fitra yang tampak bersemangat meskipun baru beberapa jam yang lalu kami sampai di Hoi An.

***

kami berempat pergi kepantai setelah Fitra berhasil merayu kami untuk ikut melihat sunset dipantai.

“Nov, ayo main lempar bola?!” teriak Fitra lantang kearahku, sambil melemparkan bola kearahku dan aku bersiap untuk menangkap bola tersebut. Sedangkan Kiki dan Hendy sedang asik menikmati suasana angin yang sejuk sore itu di Hoi An dan memanjakan mata mereka dengan hamparan pasir pantai yang putih dan bersih, serta ombak yang begitu menawan.

Aku masih asik saling melempar bola dengan Fitra sambil ketawa-ketawa saking asiknya. Tapi.. Ada saat Fitra melempar bola terlalu jauh dan aku tidak bisa menangkapnya sehingga bola tersebut menggelinding jauh dan berhenti tepat ditungkai kaki seseorang. Aku berhenti dan diam sambil kupandangi kaki misterius itu sampai ke atas.

“Ini bola kalian?” tanya seorang gadis itu padaku.
Aku diam lagi saat kulihat wajahnya sangat cantik. Kecantikannya itu melebihi aku dan membuat aku sedikit iri melihatnya. Kulitnya putih mulus bak porselein, wajahnyanya yang oval, rambutnya yang bergelombang indah berwarna coklat gelap.

“I... Iya, makasih ya.” Ucapku mengambil bola dari tangannya.

“Sama-sama, boleh aku gabung sama kalian?”
Aku sebenernya rada terhenyak mendengar kata-katanya. Rasanya agak aneh aja gadis secantik bidadari kayak dia gabung sama geng aku.

“Eh, Nov! Kamu ngomong sama siapa?” mereka bertiga langsung menghampiri kami berdua.

“Wow! Ada temen baru nih!” kata kiki sambil tersenyum.

“Yoyoi, cantik lagi,..”

“Aku Gita, boleh aku gabung sama kalian?”
Kami saling bertatapan mata. Si Kiki mengangguk setuju, sedangkan aku masih kelihatan ragu.

“Udah Nov, biarin aja dia gabung sama kita. Lagi pula dengan begini kita bisa nambah temen baru. Iya nggak?”
Hendy dan Fitra saling mengangguk setuju saat Kiki menyetujui Gita gabung bersama geng kita.

“Eh, mbak namanya siapa tadi? Kenalin.. Aku Fitra. Arif Fitra Setianto.” Sontak Fitra menyerobot kami bertiga sambil mengulurkan tangannya.

“Gita,..” Jawab Gita dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Hingga membuat Fitra jadi seperti orang yang lemas dan tak berdaya.

“Ya ampun, Nama yang cantik, secantik orangnya,..” tambah Fitra.
Gita jadi teersipu malu dan dia hanya tersenyum kecil.

“Wooaahhhh,..!!!” kami bertiga pun saling menyoraki Fitra yang udah keterlaluan playboy.
Eh, jangan macem-macem ya ! inget !,..” Bisikku ke Fitra
Iya,.. Iya lagian aku cuma bercanda doang kok sama dia,..” Sungut Fitra rada kesal.

“Ya udah deh, kalau begitu kita nikmatin sunset bareng-bareng yuk!” kata Fitra dengan nada bijak. Lantas, kami berlima duduk di bawah pohon kelapa yang berukuran cukup besar di pantai sambil menikmati indahnya matahari yang perlahan mulai menghilang.

***

“Tolong,..tolong,..”

“Bug,..bug...bug,..”

“Tolongg,.. !!”

“Agghhhh,...” aku terbangun. Aku merasa aku telah mimpi buruk malam ini. Keringat dingin kurasakan mengalir disekujur tubuhku. Lantas. Aku membangunkan Kiki karena ketakutan.

“Ki,..ki,.. bangun ki,.. Gue takut nih!” ucapku sambil membangunkan Kiki. Kulihat samar-samar lampu tidur dikamar hotel yang mulai redup. Suasana terasa sangat sepi di hotel malam ini.

“Duh, gue ngantuk banget nih. Ada apaan sih emang Nov?”
Aku sedikit mendesah. Kebiasaan deh kalau Kiki itu susah banget dibangunin. Aku akhirnya pergi kekamar mandi untuk mencuci muka.  

Aku berdiam diri sejenak dikamar mandi sembari bercermin melihat keadaan mukaku yang sedikit berantakan karena habis ketakutan oleh mimpi buruk sialan itu. Sekelebat aku merasa ada bayangan menyerupai manusia yang melintas dibalik gorden kamar mandi yang biasa untuk berendam air panas. Lalu menghilang begitu saja. Aku berusaha tenang, mungkin ini cuma halusinasiku saja yang terlalu memikirkan hal yang aneh-aneh. Maklum, akhir-akhir ini aku memang keseringan nonton film horor. Aku kembali menghadap kecermin kamar mandi setelah mengecek dibalik gorden ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Lagi-lagi.. Aku merasa ada yang bayangan yang melintas di balik gorden itu. Dan sontak saja aku menoleh.

“Siapa itu?siapa disana?tolong jangan ganggu aku.” Nada bicaraku sedikit membentak. Tapi tidak ada jawaban, aku mulai memberanikan diri membuka gorden itu sekali lagi untuk memastikan ada apa dibalik gorden itu. Belum sempat aku membuka penuh gorden itu tiba-tiba saja aku tersentak. Samar-samar terlihat ada sosok yang berdiri dibalik gorden itu. Wujudnya tidak terlalu terlihat jelas. Tapi aku bisa menerka sosoknya menyerupai wanita namun wajahnya hancur seperti habis dipukuli serta dipenuhi darah hampir disetiap jengkal mukanya. Ia memandangku sebentar, hingga aku cepat-cepat keluar dari kamar mandi. Aku menyeruak diantara selimut tebalku dan berusaha menghilangkan tentang sosok wanita tadi dari pikiranku.

***

“Duh!, jujur Ki! Gue tuh semalem lihat penampakan di kamar mandi. Gue takut banget!”

“Udah deh Nov. Makanya jangan kebanyakan nonton film horor. Jadi kayak gitu kan akibatnya!” Kiki malah mengomeliku sambil asik duduk dan minum lemon tea di samping kolam renang yang terletak di belakang hotel. Tapi Kiki kelihatannya masih belum percaya dengan cerita yang aku alami ini benar-benar kenyataan. Saat Kiki menyingkir dihadapanku untuk menghampiri Hendy yang lagi asyik internetan dipinggir kolam renang, aku melihat sosok hantu wanita menyeramkan itu diantara semak-semak yang letaknya tidak terlalu jauh dari kolam renang. Dia lagi-lagi menatap kearahku, hingga akhirnya aku berdiri untuk memanggil Kiki.

“Ki,.. i..iii...ituuu!! iituuu,.. hantu yang gue lihat semalem dikamar mandi!”

“Mana sih? Orang nggak ada apa-apa kok!” ketus Kiki rada kesel karena ia merasa tidak melihat apa-apa diantara semak-semak yang aku tunjuk.

“Eh, Nov! Mau kemana?” tanya Kiki memanggilku.
Aku tidak menggubris Kiki sama sekali. Aku keluar dan menghampiri pohon rambutan tempat dimana aku lihat ada penampakan hantu wanita tadi. Saat aku ada diantara semak-semak itu ternyata tidak ada apa-apa. Justru secara mendadak aku merasa ada yang menepuk bahuku.

“Agghhh!” jeritku.

“Novi?” ternyata suara itu berasal dari Gita. “Kamu ngapain disitu?” tanya Gita padaku. “Eng,.. enggak ada apa-apa kok, aku cuma lihat-lihat aja, sambil nikmatin udara pagi yang masih segar ini.”“Oh, aku kira lagi nyari apa,..” jawab Gita sambil menyunggingkan senyumnya yang manis.

“Kalau kamu gimana? Kok bisa ada disini,..” tanya ku “Kamu nggak kerja atau kuliah emangnya?” Gita menggeleng dengan cepat. Sambil berkata, “Kuliahku lagi libur.”

“Kita jalan-jalan bareng yuk!” ajak Gita dengan nada bicara yang penuh semangat.

“Oh, boleh-boleh. Kalau aku ajak temen-temenku gimana? Kamu nggak keberatan kan?”

“Tentu,..” Ucap Gita dengan senyumnya yang begitu hangat.

Akhirnya pagi itu aku Gita, dan keempat temanku pergi berkeliling kota Hoi An seharian, dari berkunjung ketempat-tempat bersejarah sampai nyobain kuliner-kuliner yang terkenal di Hoi An. Yah,.. Namanya juga traveler, semuanya pasti pengen dijelajahin. Setelah puas menjelajah kota Hoi An seharian dengan ditemani Gita sebagai tour guide gratisan. Hari sudah menunjukan waktunya untuk kami segera kembali kehotel dan beristirahat setelah seharian berpetualang menjelajah kota Hoi An.

***

Kiki,.. tolong aku ki,..” tiba-tiba aku mendengar suara bisikan aneh ditelingaku. Dan aku merasa ada desir angin berhembus didekat telangaku. “Keluarkan aku dari sini,..” bisikan itu terus menghantui aku sejak aku masuk kamar hotel setelah seharian jalan-jalan dengan teman-temanku juga Gita. Aku berusaha tenang.

Gubrakk!” terdengar suara benda jatuh dan membuatku kaget.

“Tenang, paling Cuma tikus kok,..” ujar Kiki menenangkanku. Aku mencoba tenang lagi. Dan lagi-lagi bisikan yang sama muncul di telingaku sambil diiringi suara jeritan wanita yang sedang merintih kesakitan juga seperti suara hantaman benda tumpul yang sedang mendera tubuhnya bertubi-tubi.

“Tidaakkk,..!” jeritku ketakutan. “Pergi,..pergi,.. jangan ganggu aku,..!”

Tiba-tiba saja Hendy dan Fitra mengetuk pintu kamar hotel ku dan Kiki.

“Ada apa, gue sama Hendy tadi denger suara Novi teriak-teriak gitu,..” ujar Fitra. “Nggak tau tuh Novi, gue juga bingung dia itu kenapa. Dari kemaren tingkahnya jadi aneh gitu.

Fitra mengambilkanku segelas air putih. “Nih minum dulu biar tenang,..”

Pyarrr! Gelas itu tidak sengaja aku buang kelantai.

“Darahh! Darah!,..” aku berteriak-teriak sambil memandangi cairan merah yang ada didalam gelas yang baru saja diberikan Fitra. “Nov, apa-apaan sih?” kata Kiki. “Ini bukan darah, tapi air putih biasa!” Aku hanya duduk menjauh dari tempat itu.

“Nov, lo kenapa? Kok mendadak jadi kayak gini sih? Aneh tau gak?”

“Pergi kalian semua pergi!” bentakku terhadap teman-temanku. “Keluar cepet keluarr!” bentakku lagi.

Aku memaksa mereka semua untuk keluar dari kamarku termasuk Kiki meskipun ia sekamar denganku. Akhirnya mereka mau menurutiku dan melangkah menuju pintu, belum sempat mereka menutup pintu kamarku, tiba-tiba saja pintu kamar tertutup dan mengunci dengan sendirinya. Dari luar mereka semua berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu kamarku. Namun hasilnya nihil.

Dan tiba-tiba saja sosok hantu wanita itu muncul dihadapanku. Aku berusaha menjauh darinya “Pergi kamu,..pergi,..jangan ganggu aku,..” hantu itu malah semakin mendekatkan dirinya kepadaku. Semakin dekat! Hingga membuat aku semakin takut. “Nov,..Tolong aku Nov, aku gak bermaksud untuk menakut-nakuti kamu dan teman-temanmu, aku cuma mau minta tolong sama kamu,..” Aku bersandar didinding tembok menjauh dari tatapan hantu itu. Walau aku tahu, ternyata hantu itu adalah Gita yang aku kenal beberapa hari aku berada disini.

“Aku ingin minta tolong sama kamu dan aku janji, setelah kamu menolongku aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi.” Dengan ragu-ragu aku menjawab, “Ka,..kamu mau minta tolong apa sama aku?”

“Keluarkan aku dari tempat ini Nov, aku gak bisa istirahat dengan tenang kalau belum ada orang yang mau ngeluarin aku dari sini.” Aku merinding, dan menekukkan kedua kakiku. “Sebenarnya, bukan kamu yang pertama kali aku datangi. Ada banyak warga dan turis yang menginap dihotel ini aku datangin. Tapi mereka malah ketakutan dan mengusir aku Nov. Aku tidak tahu harus minta tolong sama siapa lagi kalau bukan sama kamu dan teman-temanmu Nov”

Mendengar pengakuan Gita yang menyedihkan aku jadi kasihan dan rasa takut yang semula ada pada diriku hilang begitu saja. Aku kemudian mendekat dan memberanikan diri berbicara.

“Git,” panggilku. “Hmm, maaf ya. Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu meninggal dalam keadaan seperti ini? ”Ia dengan cepat menoleh dan merespon pertanyaanku. “Ceritanya udah lama Nov. Sejak tiga tahun yang lalu.”

Ceritanya bermula saat Gita sedang asik melihat Sunset ditempat aku dan ketiga temanku bermain dipantai tempo hari. Ia dibekap oleh tiga orang lelaki dan diseret dibalik semak-semak. Mereka memperkosa Gita lalu membunuhnya, dan menguburkan mayatnya disana. Tanpa terasa air mataku mengalir dengan sendirinya mendengar cerita yang begitu menyedihkan dan tragis dari Gita.

“Terus apa yang bisa aku bantu Git,..?”

“Pergilah kesemak-semak tempat kamu melihatku kemarin, temukan jasadku disana dan kuburkan aku dengan layak,..”

“Novi,..Nov!” panggil teman-temanku saat pintu kamarku berhasil terbuka. Aku berdiri dan kupeluk Kiki dngan erat. “Lo nggak papa kan Nov,..?”

“Gu,..gue...” aku menoleh ke arah Gita. Aku kaget, saat Gita menghilang begitu saja.

“Kita harus bantuin Gita, Ki! Kita harus bantuin Gita keluar dari tempat ini!” Mereka kompak melongo dan saling bertatapan mata. Seolah bingung dengan apa yang aku bicarakan. “Nov!” panggil Kiki menyusulku. Nov, tunggu Nov kamu mau kemana!”

Aku tidak menggubris mereka. Justru tetap pergi keluar hotel dan mencari semak-semak yang dimaksud Gita. “Temen-temen! Gue nemuin sesuatu disini! Cepetan kesini!” Jeritku “Gue yakin, disini pasti ada jasad Gita. Kita harus ngeluarin jasad Gita dari sini dan menguburkannya lagi ketempat yang layak!”

“Darimana lo tahu Nov?” kata Fitra masih dengan mimik muka yang bingung.

“Udah,.. cepetan bantuin gue, ceritanya panjang. Yang terpenting kita harus ngeluarin jasad Gita. Kalau urusannya udah selesai, baru aku ceritain semuanya tentang Gita.” Tiba-tiba saja dari kejauhan ada orang yang nyelentuk.

“Eh, ngapain kalian disitu?” tanya seorang bapak-bapak berseragam. Dari penampilannya ia seperti petugas keamanan dihotel ini. “Ini pak. Kami mau menggali tanah disini dan mengeluarkan jasad seseorang yang ada disini.

“Hah? Jasad?” jawab bapak itu tidak percaya. “Pak saya serius pak! Ada jasad yang sudah terkubur lama disini” kataku meyakinkan. “Bapak punya cangkul gak? Boleh saya pinjam. Sekilas, bapak-bapak itu Cuma menggeleng kepala antara percaya dan tidak percaya dengan omonganku. “Yasudah sebentar, saya ambilkan cangkulnya,..”

Fitra secara bergantian mulai menggali tanah dengan bapak itu. Sementara Hendy pergi mencari bantuan kepada penduduk sekitar.

“Aaaaaa,...aaa...!!” tiba-tiba Fitra menjerit spontan saat melihat beberapa kerangka manusia yang teronggok digundukan tanah itu. Itu pasti kerangka tubuh Gita yang sudah lama bertahun-tahun terkubur disitu tanpa ada yang mengetahuinya. Beberapa warga sekitar yang datang bersama dengan Hendy langsung membantu mengumpulakan kerangka tubuh Gita, untuk divisum ke rumah sakit. Akhirnya, kasus kematian Gita hampir perlahan sudah memasuki titik terang dan aku mulai kebanjiran panggilan ke kantor polisi karena aku sebagai saksi dalam kasus ini.  

Sekarang, tiba saatnya aku dan teman-temanku untuk melanjutkan petualangan kami sebagai para traveler sejati.

Akhirnya, kami berempat melangkahkan kaki keluar dari hotel, tiba-tiba saat aku melewati semak-semak tempat jasad Gita ditemukan. Aku melihat Gita tersenyum manis melihatku. Dari sorot matanya aku tahu kalau ia pasti sangat ingin berterimakasih padaku dan juga teman-temanku yang telah membantu menemukan jasadnya untuk dikuburkan ditempat yang lebih layak. Aku pun membalas senyumannya.

“Nov, ayok buruan,..” Teriak Fitra memanggilku.

Petualangan berikutnya pasti akan lebih menegangkan lagi” ucapku dalam hati.

“Oke, seperti yang sudah dijadwalkan oleh keempat traveler sejati dan sudah disepakati sebelumnya, maka dengan ini sudah diputuskan bahwa tujuan kita berikutnya adalah Venice, Italy.” Ujar Kiki dengan penuh semangat.
“Go,..To,.. Venice,.. !!!” Kami kompak.

No comments:

Post a Comment