Friday, 13 March 2015

Budaya “SEX” di Kalangan Mahasiswa -Yogya

Sebuah hal biasa terjadi dikalangan mahasiswa bahwa sex telah menjadi budaya pergaulan yang tidak asing. Kita sempat dengar pernyataan hasil penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) yang menyatakan bahwa 97% lebih mahasiswi di yogya sudah tidak perawan.

Tentunya banyak masyarakat yang tidak percaya terhadap hasil survey tersebut. Dan bertanya “bagaimana metode survey yang digunakan lembaga tersebut?”.


Masyarakat banyak yang menuding bahwa lembaga tersebut mengada-ada dan seakan-akan memberikan tudingan negatif terhadap hampir keseluruhan mahasiswi yang ada diyogya. Tapi beberapa masyarakat bahkan mengakui jika “SEX” bukan lagi hal yang tabu untuk sebagian para mahasiswi diyogya. Terbukti dengan banyaknya tempat kos-kosan yang bebas diyogya sendiri.

Dan menurut pengakuan salah satu  mahasiswa universitas negeri diyogya, ia sekarang sudah biasa melakukan hubungan suami istri dengan pacarnya, meskipun ia mengakui pada awalnya sangat susah saat mengajak pasangannya untuk pertama kalinya.

“pertama dulu saya susah ngerayu dia buat ngajakin begituan, tapi untuk yang kedua dan seterusnya justru dia yang paling ngebet pengen gituan”. Ujar mahasiswa yang enggan menyebutkan identitasnya.

Lain halnya dengan kehidupan mahasiswa yang tidak mempunyai pasangan, sehingga ia merasa tidak bisa menyalurkan hasrat sexnya. Namun, mereka mempunyai cara lain. Sebagian dari mereka mengaku pernah menghubungi para wanita panggilan yang tertera diinternet. Seperti situs “saresmi.com”. demi memenuhi kebutuhan biologisnya.

Situs saresmi.com ternyata memang cukup familiar ditelinga para mahasiswa di yogya. Mereka sering menggunakan situs ini untuk kebutuhan sexnya. Situs yang menampilkan profil dari pekerja sex ini sangat lengkap dan mudah untuk diakses, disitu juga tertera beberapa foto dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga para mahasiswa bisa langsung menghubungi mereka tanpa melalui perantara.  Atau yang sering disebut “germo”.

Hal menarik lainnya, ternyata para pekerja sex yang memasang profilnya di situs web saresmi.com sebagian besar adalah para mahasiswa. Baik negeri maupun swasta. Rata-rata memiliki motif yang sama, yaitu masalah ekonomi. Tapi ada juga yang memiliki motif berbeda seperti salah seorang yang mahasiswi yang bersedia diwawancarai lewat telpon.

“saya suka ngelakuin kayak gituan mas, saya ketagihan” kata bella yang berprofesi sebagai pekerja sex panggilan.

Sungguh mengherankan memang alasan dari bella. Tapi itulah realitanya.

Dan disitus saresmi.com tidak hanya menampilkan profil para wanita untuk pemuas nafsu. Para lelaki dan yang lagi-lagi adalah mahasiswa juga ikut memposting profil mereka beserta tarif yang telah dipasang disitus saresmi.com. namun, sasaran mereka berbeda. Yaitu, para tante-tante atau ibu-ibu yang kesepian karena ditinggal suaminya yang sedang bekerja diluar daerah.

SEX adalah hal biasa dikalangan mahasiswa, dan itu telah diakui sendiri oleh mereka. Dengan motif yang beraneka ragam mereka (para mahasiswa) tidak ragu atau sungkan untuk melakukannya. Menurut mereka sex adalah hal biasa dan “menyehatkan”.

Sex adalah hal yang menyehatkan. Itu adalah hal yang diajarkan oleh beberapa dosen-dosen diperguruan tinggi ternyata. Sehingga membentuk pola pikir mahasiswa yang beranggapan bahwa “sex itu sehat, jadi tidak apa-apa  melakukannya”. Mungkin bukan sex bebas yang ingin diajarkan oleh para dosen, tapi dosen  ingin menyatakan bahwa sejatinya manusia itu perlu berhubungan sex dengan catatan memenuhi norma-norma sosial dan agama. Namun, tanggapan dari mahasiswa ini berbeda dan salah persepsi.

Lalu siapa yang harus berperan penting dalam masalah ini ? haruskah budaya ini terus berlanjut kegenerasi selanjutnya?

Harapannya adalah pemerintah harus tegas dan masyarakat jangan cuek. Serta dibutuhkan juga pengawasan dari orang tua. Kita sebagai masyarakat memang harus turut berpartisipasi dan tidak bersifat apatis menanggapi hal ini. Jangan sampai budaya seperti ini berlanjut hingga generasi ke generasi.
 
Sekali-sekali kayaknya gue ngerasa perlu nulis tulisan yang nggak berbau cekakak-cekikik muluk guys. :))

No comments:

Post a Comment