Sebuah hal biasa terjadi dikalangan mahasiswa
bahwa sex telah menjadi budaya pergaulan yang tidak asing. Kita sempat dengar
pernyataan hasil penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat
Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) yang menyatakan bahwa 97% lebih
mahasiswi di yogya sudah tidak perawan.
Tentunya banyak
masyarakat yang tidak percaya terhadap hasil survey tersebut. Dan bertanya
“bagaimana metode survey yang digunakan lembaga tersebut?”.
Masyarakat banyak yang
menuding bahwa lembaga tersebut mengada-ada dan seakan-akan memberikan tudingan
negatif terhadap hampir keseluruhan mahasiswi yang ada diyogya. Tapi beberapa
masyarakat bahkan mengakui jika “SEX” bukan lagi hal yang tabu untuk sebagian
para mahasiswi diyogya. Terbukti dengan banyaknya tempat kos-kosan yang bebas
diyogya sendiri.
Dan menurut pengakuan
salah satu mahasiswa universitas negeri
diyogya, ia sekarang sudah biasa melakukan hubungan suami istri dengan
pacarnya, meskipun ia mengakui pada awalnya sangat susah saat mengajak
pasangannya untuk pertama kalinya.
“pertama dulu saya
susah ngerayu dia buat ngajakin begituan, tapi untuk yang kedua dan seterusnya
justru dia yang paling ngebet pengen gituan”. Ujar mahasiswa yang enggan menyebutkan
identitasnya.
Lain halnya dengan
kehidupan mahasiswa yang tidak mempunyai pasangan, sehingga ia merasa tidak
bisa menyalurkan hasrat sexnya. Namun, mereka mempunyai cara lain. Sebagian
dari mereka mengaku pernah menghubungi para wanita panggilan yang tertera
diinternet. Seperti situs “saresmi.com”. demi memenuhi kebutuhan biologisnya.
Situs saresmi.com
ternyata memang cukup familiar ditelinga para mahasiswa di yogya. Mereka sering
menggunakan situs ini untuk kebutuhan sexnya. Situs yang menampilkan profil
dari pekerja sex ini sangat lengkap dan mudah untuk diakses, disitu juga
tertera beberapa foto dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga para
mahasiswa bisa langsung menghubungi mereka tanpa melalui perantara. Atau yang sering disebut “germo”.
Hal menarik lainnya,
ternyata para pekerja sex yang memasang profilnya di situs web saresmi.com
sebagian besar adalah para mahasiswa. Baik negeri maupun swasta. Rata-rata
memiliki motif yang sama, yaitu masalah ekonomi. Tapi ada juga yang memiliki
motif berbeda seperti salah seorang yang mahasiswi yang bersedia diwawancarai
lewat telpon.
“saya suka ngelakuin
kayak gituan mas, saya ketagihan” kata bella yang berprofesi sebagai pekerja
sex panggilan.
Sungguh mengherankan
memang alasan dari bella. Tapi itulah realitanya.
Dan disitus saresmi.com
tidak hanya menampilkan profil para wanita untuk pemuas nafsu. Para lelaki dan
yang lagi-lagi adalah mahasiswa juga ikut memposting profil mereka beserta
tarif yang telah dipasang disitus saresmi.com. namun, sasaran mereka berbeda.
Yaitu, para tante-tante atau ibu-ibu yang kesepian karena ditinggal suaminya
yang sedang bekerja diluar daerah.
SEX adalah hal biasa
dikalangan mahasiswa, dan itu telah diakui sendiri oleh mereka. Dengan motif
yang beraneka ragam mereka (para mahasiswa) tidak ragu atau sungkan untuk
melakukannya. Menurut mereka sex adalah hal biasa dan “menyehatkan”.
Sex adalah hal yang
menyehatkan. Itu adalah hal yang diajarkan oleh beberapa dosen-dosen
diperguruan tinggi ternyata. Sehingga membentuk pola pikir mahasiswa yang
beranggapan bahwa “sex itu sehat, jadi tidak apa-apa melakukannya”. Mungkin bukan sex bebas yang
ingin diajarkan oleh para dosen, tapi dosen
ingin menyatakan bahwa sejatinya manusia itu perlu berhubungan sex
dengan catatan memenuhi norma-norma sosial dan agama. Namun, tanggapan dari
mahasiswa ini berbeda dan salah persepsi.
Lalu siapa yang harus
berperan penting dalam masalah ini ? haruskah budaya ini terus berlanjut
kegenerasi selanjutnya?
Harapannya adalah
pemerintah harus tegas dan masyarakat jangan cuek. Serta dibutuhkan juga
pengawasan dari orang tua. Kita sebagai masyarakat memang harus turut
berpartisipasi dan tidak bersifat apatis menanggapi hal ini. Jangan sampai
budaya seperti ini berlanjut hingga generasi ke generasi.
Sekali-sekali kayaknya gue ngerasa perlu nulis tulisan yang nggak berbau cekakak-cekikik muluk guys. :))

No comments:
Post a Comment